Sayangi Semua Orang, Belilah Barang Dengan Bijak

By Nayanika Eleanor - Desember 31, 2021

Ulasan buku kali ini membahas buku berjudul "Love People, Use Things" karya Joshue Fields Millburn dan Ryan Nicodemus. Mereka berdua membahas pentingnya memiliki gaya hidup minimalis dan hanya membeli sesuai yang dibutuhkan saja. Bagaimana? Yuk, lanjut baca.

Setiap orang ingin memiliki hidup yang bahagia dan memuaskan. Namun, bagi banyak orang, kehidupan moderen hanya membuat rumah mereka dipenuhi sampah, finansial kacau karena kartu kredit mencapai limit, dan pikiran yang dipenuhi masalah dan keputusasaan.

Review buku dari Blinkist ini mengatakan bahwa masyarakat sekarang sudah terlalu mengarah pada materelialisme. Padahal, setiap orang bisa membangun kehidupan yang lebih bahagia dan hunian yang lebih tertata dengan menggunakan pendekatan hidup minimalis.

Banyaknya Barang Bisa Mengurangi Kebahagiaan

Buku itu mencontohkan pasangan bernama Jason dan Jennifer Kirkendoll. Di pertengahan usia ketiga puluh mereka, pasangan ini sudah memiliki segalanya: empat anak, dua anjing, and rumah besar yang dipenuhi dengan baju-baju desainer, perabotan mahal, dan segudang barang konsumsi. Dari seluruh kekayaan itu, mereka masih kekurangan satu hal: kebahagiaan.

Di samping kekayaan materi mereka, pasangan Kinderdoll terlihat tidak bahagia. Mereka tidak memiliki waktu untuk satu sama lain sehingga mereka memutuskan untuk melakukan perubahan. Mereka menyewa tempat sampah dan mengisinya dengan barang-barang yang dianggap berlebihan. Lalu, suatu hari, tempat sampah itu kebakaran dan seluruh barang di dalamnya ikut terbakar - bersama dengan rumah mereka.

Untungnya, tidak ada yang terluka. Dan anehnya, kebakaran itu adalah hal terbaik yang pernah terjadi dalam hidup mereka. Ia menghancurkan seluruh barang material mereka selamanya. Satu-satunya yang tersisa adalah kebebasan.

Pesan: Barang-barang konsumsi yang berlebihan bisa menghambat kita dari merasakan kebahagiaan.

Hidup minimalis adalah seni hidup lebih bahagia dengan lebih sedikit barang. Dunia moderen kita mendorong kita untuk mencari kebahagiaan dan arti melalui kebiasaan konsumerisme. Iklan dan normal sosial memberi tahu kita bahwa membeli pakaian, barang elektronik, dan barang-barang lain dapat meningkatkan kualitas hidup kita.

Namun, kegiatan membeli hanya memberikan gratifikasi sementara dan hampir tidak melakukan apa pun untuk membantu meningkatkan rasa kekosongan yang sebenarnya dirasakan.

Malah, gaya hidup konsumerisme adalah akar dari banyak masalah kontemporer. Belanja berlebihan membuat banyak orang bermasalah dengan utang. Parahnya, barang yang sudah dibeli kadang tidak digunakan atau dicampakkan. Mereka memenuhi rumah dan mengganggu kita dari melakukan kegiatan produktif, seperti mempelajari keterampilan baru atau menghabiskan waktu dengan orang-orang tersayang.

Untungnya, kita bisa menghetikan siklus ini dengan membuang semua barang-barang yang tidak digunakan. Cara memulainya adalah dengan memisahkan semua barang ke dalam tiga kelompok. 
Kelompok pertama adalah barang-barang primer, seperti makanan dan pakaian. Kelompok kedua adalah barang-barang yang sekunder, seperti perabotan atau barang kenang-kenangan. Kelompok tersier tergolong barang-barang yang bisa dibuang, dijual, atau didonasikan.

Tentunya, proses ini tidaklah mudah. Menyortir barang-barang membutuhkan waktu untuk memikirkan barang-barang yang benar-benar dibutuhkan dan kurang dibutuhkan. Jadi, kita bisa melakukan penyortiran di liburan panjang.

Bersiaplah Menghadapi Kebenaran yang Tidak Menyenangkan

Selama beberapa waktu, Joshua Fields Millburn memiliki kehidupan yang sempurna. Setidaknya, begitulah kelihatannya di mata orang-orang. Dia memiliki pekerjaan dengan gaji tiga digit, hidup di rumah pinggiran kota yang megah, dan menikah dengan kekasih yang sudah dipacarinya sejak SMA.
Namun, jika bisa dibilang, kehidupannya masih kurang sempurna. Memang kehidupannya nyaman, tapi ada sesuatu yang kurang. Satu masalah itu adalah hubungannya. Meskipun ia mencintai istrinya, pada dasarnya mereka adalah orang yang berbeda. Dengan semakin berjalannya waktu, hubungan mereka semakin menjauh.

Namun, bukannya menghadapi kebenaran yang tidak menyenangkan ini, mereka berdua membiarkan masalah itu. Secara tidak mengejutkan, hal ini hanya membuat semuanya semakin parah. Pernikahan itu berjalan terlalu lama dan berakhir dengan perceraian yang rumit.

Pesan: Bersiaplah menghadapi kebenaran yang tidak menyenangkan ketika kita dalam perjalanan menyederhanakan hidup.

Ketika hidup minimalis dimulai dengan memisahkan barang-barang material tidak penting yang mencegahmu berubah, pikiranmu juga dapat dipenuhi dengan sampah. Sering kali, sampah yang paling mengerikan yang bisa membebani pikiran adalah kebohongan, dustra, kepalsuan kecil yang kita ceritakan pada diri sendiri dan orang lain. Membuang kebohongan ini sering kali lebih berat daripada membuang barang, tetapi memberikan akhir yang bahagia.

Lantas, kenapa kita berbohong? Sering kali adalah karena berbohong lebih mudah daripada menghadapi kebenararn. Kebohongan kecil membantu menyembunyikan jati diri kita yang sebenarnya.

Contohnya, ketika berbicara dengan teman atau rekan, kita bisa terus saja membicarakan hal baik dalam hidup dan melupakan kesulitan-kesulitan yang membawa energi negatif. 

Selain itu, kita bisa berbohong pada diri sendiri agar tidak perlu menghadapi masalah yang susah diperbaiki. Contohnya, berpura-pura pernikahan yang dijalankan bahagia, padahal tidak.

Namun, kepalsuan kecil malah membuat hidup bertambah rumit. Mempertahankan kebohongan atau citra palsu di depan semua orang membutuhkan usaha dan energi yang bisa digunakan untuk produktif. Berbohong pada diri sendiri hanya seperti menyembunyikan masalah di bawah meja yang, pada akhirnya, akan ketemu juga.

Ketika memulai perjalanan menuju kehidupan minimalis, luangkan waktu untuk mengidentifikasi kesalahan yang pernah ditimbun. Konsumsi berlebihan sering kali berhubungan dengan masalah lain. Mungkin saja perilaku belanja tanpa berpikir menutupi masalah yang lebih besar.

Belajar Menghargai Kebahagiaan Kecil

Rob Bell dan Sam Harris adalah dua orang berbeda satu sama lain. Rob memiliki sifat yang sangat spiritual. Dia adalah penganut Kristen yang taat dan mantan pastur. Sementara Sam adalah seorang ateis yang suka berterus-terang dan ahli saraf.

Terlepas dari perbedaan mereka, keduanya memiliki pemikiran yang sama akan satu hal. Keduanya mendukung pemikiran bahwa menjadi sadar mampu membuat perubahan. Yaitu, mereka berpendapat kunci kebahagiaan berada pada kesadaran - seni menghargai kehidupan sebagaimana ia dari waktu ke waktu.

Tentunya, hal ini tidak mudah. Namun, ketika mulai membersihkan diri secara fisik dan mental, kita bisa mendadak memiliki ruang untuk memperhatikan hal-hal kecil yang dapat membuat perubahan besar.

Pesan: Belajar menghargai kebahagiaan kecil, seperti makanan yang enak dan sehat.

Salah satu efek yang paling berdampak dari kehidupan minimalis adalah perubahan perilaku. Ketika terjebak pada perilaku hedonis dari kebiasaan berbelanja dan gratifikasi instan, kita tidak akan  pernah merasa cukup. Kita terlalu sibuk berpikir harus belanja apa setelahnya untuk bisa menghargai semua yang dimiliki. Hal ini membuat kebahagian kecil hilang begitu saja.

Ketika membuang perilaku tersebut, kehidupan yang sebenarnya beranjak muncul. Kegiatan harian yang menjemukan, seperti berjalan ke toko atau membeli kopi sebelum masuk kantor, menjadi sumber kebahagiaan.

Dengan terbebas dari pikiran yang mengganggu, kita bisa lebih sadar pada pemandangan dan suara-suara di sekitar. Dengan begitu, kita bisa lebih menghargai semerbak aroma harum yang diberikan pagi hari.

Bahkan, bagi orang yang hidup secara minimalis, belajar menikmati halusnya rasa makanan adalah keterampilan yang sangat berharga. Sering kali kita makan tanpa menyadarinya. Kita hanya mengonsumsi apa saja yang mudah dan yang paling memuaskan.

Namun, biasanya hal itu malah membuat kita mengonsumsi kudapan tidak sehat yang tinggi gula, lemak, dan tanpa kalori. Kebiasaan makan seperti itu adalah bentuk lain dari konsumerisma. Hal ini dapat mengarah pada berat badan berlebihan dan sumber masalah kesehatan lainnya.

Memang tidak ada pola makan yang sempurna untuk semua orang. Namun, jika bisa lebih sadar dalam memilih menu dan memperhatikan reaksi tubuh, kita bisa menemukan makanan yang tepat. Makan dengan lebih sadar juga dianjurkan dalam ulasan buku ini dalam memulai perjalanan hidup minimalis.

Memahami Nilai Penting

Bayangkan berada di suatu sore dengan secangkir teh. Ketika sedang menghirup minuman itu, jari kita secara tidak sadar menyeret layar ponsel melihat feed media sosial. Tiba-tiba sebuah iklan muncul. Merasa terpanggil, jari kita langsung saja memencet "Beli".

Pernah terjadi? Atau sering? Penelitian terbaru menunjukkan bahwa sebanyak 79 persen orang dewasa belanja tanpa sadar. Bahkan, pembeli ini bisa menghabiskan sekitar 45 milyar dollar tiap tahun.
Belanja karena suasana hati sedang baik hanyalah salah satu faktor. Faktor lainnya adalah iklan, tekanan dari sesama, dan norma sosial. Dan sayangnya, hal-hal eksternal ini tidak selalu sesuai dengan kebutuhan internal kita.

Pesan: Pahami nilai penting kita untuk mengarahkan hidup dengan mudah.

Cara paling mudah untu membangun kehidupan yang terasa berarti dan memuaskan adalah dengan selalu membuat pilihan berdasarkan nilai yang kita pegang teguh. Tanpa nilai tersebut, jalan hidup kita bisa diatur oleh kepentingan yang bukan dari dalam diri.

Contohnya, kita bisa mengambil pekerjaan yang tidak disukai hanya karena gajinya tinggi atau menghabiskan semua uang untuk membeli mobil dan pakaian mewah agar dianggap "relate" - ketika yang dibutuhkan sebenarnya adalah menabung agar bisa pensiun awal.

Sayangnya, banyak orang tidak berusaha untuk berpikir tentang nilai apa yang benar-benar berarti. Tapi, kita bisa terhindar dari perangkap ini. Sisihkan waktu untuk mencari empat kategori nilai utama: Mendasar, Struktural, Permukaan, dan Pencitraan.

Nilai mendasar adalah hal-hal mendasar yang sebagian besar orang inginkan dalam hidup. Hal ini termasuk kesehatan dan hubungan yang baik. Nilai struktural bersifat lebih pribadi. Ini adalah sifat yang ingin dimiliki, seperti ketulusan, kerendahatian, dan otonomi.

Nilai permukaan adalah hal-hal tak kekal yang hanya kita sendiri yang menyukainya, seperti hobi. Terakhir adalah nilai pencitraan adalah hal sehari-hari yang terasa penting, tapi sebenarnya tidak. Hal ini termasuk menjawab surel atau menonton acara TV favorit.

Setelah mengetahuinya, kita bisa mengevaluasi setiap keputusan berdasarkan kesesuaiannya dengan nilai-nilai penting tersebut. Contohnya, jika mendapatkan tawaran pekerjaan menarik, kita bisa mengevaluasi kira-kira pekerjaan itu sesuai dengan nilai apa.

Memang pekerjaan yang menawarkan gaji menggiurkan sesuai dengan nilai permukaan, tetapi ia juga bisa menghambat nilai mendasar, yaitu kesehatan dan hubungan keluarga. Jika bisa melakukan pilihan dengan cara ini, mengambil keputusan adalah hal yang mudah.

Mengatur Keuangan

Di usia dua puluhan, kehidupan Millburn sangatlah menjanjikan. Setelah mendapatkan pekerjaan menggiurkan di sebuah perusahaan, dia terus menghambur-hamburkan uangnya. Di usia 23, dia membeli Lexus. Di usia 24, dia membeli lagi. Lalu, di usia 25, dia membeli sebuah Land Rover baru.
Memang, garasi Millburn sangat menakjubkan. Namun, keuangannya adalah hal lalin. Walaupun ia cepat mendapatkan uang, uang itu juga cepat habis. Bahkan, semua mobil-mobil mewah itu dibeli secara kredit. Dompetnya berisi tidak kurang dari 14 kartu kredit yang sudah mencapai limit.

Di tengah kesuksesannya, Millburn sebenarnya sedang menderita masalah keuangan. Dia tenggelam dalam utang. Dan stres akibat ketidakmampuannya mengontrol pengeluaran menghancurkan hidupnya.

Pesan: Atur keuangan dan hindari menumpuk utang yang tidak perlu.

Bagi sebagian orang, mengatur keuangan sangatlah sulit. Di sepuluh tahun terakhir, upah jarang mengalami kenaikan, sementara biaya sewa rumah, kuliah, dan kesehatan terus bertambah. Akhirnya, sekitar 44 persen keluarga memiliki pengeluaran melebihi pendapatan mereka. Lebih buruknya, hampir 25 persen masyarakat tidak dapat membiayai pengeluaran darurat sebesar beberapa juta.

Jika sedang berutang, cara terbaik mengatasi situasi tersebut adalah mengevaluasi segala kegiatan yang berhubungan dengan uang. Langkah pertama, tabung untuk uang darurat sebesar sembilan juta rupiah dari akumulasi tabungan 20% dari pemasukan. Lalu, cicil utang dari yang terkecil hingga terbesar. Lalu, setelah bebas utang, mulai tabung 15% pemasukan untuk tabungan pensiun.

Untuk memaksimalkan tabungan, kita bisa belajar berinvestasi. Investasi yang aman adalah biaya bersama yang berupa paket yang berisi beberapa saham. Dengan begitu, risikonya bisa terbagi, dan kekayaan bisa berkembang perlahan tapi pasti hingga masa pensiun.

Mengembangkan Kreativitas

Ketika membahas kreativitas, kita bisa saja membayangkan para seniman atau penulis yang berhasil menelurkan kaya-kaya terkenal. Namun, kreativitas bukanlah dunia yang hanya bisa dimiliki oleh seniman ternama. Pakar nutrisi yang membuat menu sehat dan seorang manager yang menyiapkan presentasi terbaiknya juga termasuk orang kreatif.

Orang yang menyelesaikan masalah atau memberikan nilai pada orang lain adalah orang-orang kreatif. Kemungkinannya, menurut blinkist ini, kita juga termasuk orang-orang kreatif. Tapi jika semangat tersebut redup, mungkin "bersih-bersih" bisa membuatnya menyala lagi.

Pesan: Asahlah kreativitas dengan keluar dari dunia digital.

Kreativitas bisa datang dengan berbagai macam bentuk. Tapi semua kreator menghadapi masalah yang sama. Menciptakan hal baru, entah itu novel, rencana bisnis, atau permainan yang menarik, membutuhkan kerja keras dan dedikasi. Membangkitkan motivasi untuk bertahan lama di studio atau kantor bisa jadi menakutkan. Tapi membuang hal yang tidak diperlukan bisa membuatnya lebih mudah.
Sumber gangguan utama, dan pendorong prokastinasi, adalah perangkat digital. Sulit fokus pada proyek kreatif ketika ponsel kita berada di sekitar, menawarkan hiburan mudah tiada henti.

Berdasarkan sebuah penelitian, kita memeriksa ponsel kita sekitar 150 kali per hari. Selain itu, sebanyak 86 persen dari kita memeriksa ponsel di tengah percakapan. Seluruh waktu itu sebenarnya dapat digunakian untuk hal yang lebih kreatif dan produktif.

Satu cara untuk mengurangi ketergantungan pada perangkat digital adalah dengan metode "digital declutter" yang diciptakan oleh profesor ilmu komputer Cal Newport. Untuk melakukan satu pembersihan, kita cukup meng-uninstal atau menghindari teknologi digital yang tidak 100 persen dibutuhkan selama 30 hari. Hal itu bisa berupa, media sosial dan YouTube.

Di akhir bulan, kegiatan manual, seperti menulis dan menggambar bisa menjadi lebih menarik. Bahkan, jeda waktu itu dapat mendorong kita mencoba kegiatan baru yang belum terpikirkan sebelumnya.
Ingat! Jangan menyerah ketika kita tidak langsung mahir melakukannya. Ketika berbicara soal kreativitas, proses lebih penting daripada hasil. Kita cukup menghargai kesempatan untuk mengekspresikan diri daripada hanya mengonsumsi.

Menyimpan Waktu dan Energi untuk Hubungan yang Lebih Baik

Setiap orang yang menjalani hidup minimalis tahu bahwa hal yang penting dalam hidup bukanlah barang-barang kita, melainkan hubungan dengan sesama manusia. Hal ini juga tidak terbatas pada hubungan romantis.

Semua hubungan bersifat unik dan spesial, termasuk ikatan yang kita miliki dengan pasangan, rekan kerja, atau asisten rumah tangga. Selama menjalani hidup, kita harus mengelola hubungan kita dengan bijak. Kita harus membina hubungan baik dengan yang mendukung dan meninggalkan mereka yang toxic.

Pesan: Luangkan waktu dan energi untuk hubungan yang penting dan positif.

Apa saja yang membuat hubungan menjadi baik. Pertama, memiliki nilai yang sama. Ini adalah dasar kesesuaian. Setelah itu penting membangun ikatan yang kuat berdasarkan kepercayaan dan saling memahami. Hal ini membutuhkan waktu dan energi, tapi kualitas hubungan lebih penting daripada semua itu. Yang terakhir adalah timbal-balik. Setiap orang harus memberikan nilai pada kehidupan orang lain.

Hubungan yang paling baik sekali pun memiliki batasan. Hal ini berbeda dari satu orang ke orang lainnya, dan penting untuk mengetahui dan menghormatinya.

Batasan yang paling utama adalah fisik, yaitu membatasi cara menyentuh dan seberapa sering. Ada juga batasan terkait aspek mental, emosi, dan spiritual. Hal ini terkait pendapat, perasaan, keyakinan yang bisa dibicarakan dan ditanggapi.

Jika ada seseorang yang terus-menerus melewati batasan tersebut, kita tidak perlu ragu untuk memutus hubungan dengannya.

Ulasan buku "Love People, Use Things" ini mengajarkan kita untuk membuang segala hal yang tidak terlalu penting dan menyimpan hal-hal penting saja, seperti hubungan. dan bahwa keputusan kita berpengaruh pada perilaku menumpuk barang.

Jika ingin membuang suatu barang, ingat aturan 20/20. Jika barang tersebut dapat digantikan dalam 20 menit dengan biaya kurang dari 20 dollar, yakinkan diri bahwa barang itu lebih baik dibuang.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments