Flash Boys: Sisi Gelap Pasar Saham Karya Michael Lewis

By Nayanika Eleanor - Agustus 14, 2023

Pegiat saham saat ini tidak perlu pusing menanam saham. Dengan kecanggihan teknologi, membeli saham kini hanya perlu satu kali klik. Namun, dengan kemudahan itu, ada juga bahaya yang mengintai.

Tanpa adanya orang yang berada di balik layar (makelar saham), seharusnya trading jadi lebih aman dan efisien. Namun, Blinkist kali ini menguak fakta mengejutkan dari aplikasi pasar saham yang malah melahirkan predator yang ingin mengisap seluruh kekayaan investor.

Masalah Baru, Solusi Baru

Sekitar tahun 2007, Brad Katsuyama tengah membeli 10.000 saham intel. Namun, ketika ia menekan tombol "Enter" harganya langsung naik.

Ingin langsung dapat untung, Brad memutuskan untuk menjual saham itu. Tapi, yang terjadi ketika ia melakukan penjualan, harganya malah turun drastis. Bukannya untung, ia malah rugi. Sejak saat itu, ia tidak lagi mainan saham.

Sebenarnya apa yang terjadi? Ternyata, sistem saham elektronik jauh lebih rumit dari sistem offline. Dan seperti kebanyakan konten, sistem keuangan ini juga membutuhkan algoritma.

Setelah ditelusuri oleh Brad, ternyata 10.000 saham Intel yang baru ia beli pesanannya langsung masuk ke "front-run". Setelah masuk ke sana, high-frequency trading (HFT) langsung melakukan penghitungan untuk melakukan "penyesuaian" harga.

Hal itulah yang membuat harga saham itu mendadak jatuh. Penjelasannya seperti ini: 10.000 saham yang baru dibeli akan membuat saham itu "murah" karena banyaknya pembeli.

Setelah mempelajari hal itu, Brad membangun program bernama Thor. Program ini dibuat agar pesanan saham dapat mencapai berbagai saham sebelum "front-run" berjalan.

Namun, hanyalah solusi kecil dari masalah besar yang disebabkan oleh pasar saham di Wall Street. Nyatanya, solusi ini masih memberikan keuntungan bagi firma HFT sebesar USD160 juta perhari dari mencuri saham orang dan tidak menyelesaikan akar masalahnya.

Pertukaran Saham Baru

Ternyata, solusi yang ditawarkan Brad memiliki dua sisi. Yang pertama adalah kampanye untuk mengedukasi para penggiat pasar saham. Ia bertemu dengan beberapa investor terbesar dan paling berpengaruh dan menjelaskan bahwa mereka sebenarnya sedang dirampok.

Dari ide kampanye ini, Brad kemudian mendapatkan ide lain. Bagaimana kalau membuat pertukaran saham sendiri yang benar-benar transparan dan bisa melindungi investor dari para predator pasar saham?

Namun, ia menemukan beberapa hambatan. Ketika investor hendak membeli saham, mereka tidak tahu ke saham mana uang mereka lari.

Bank mendapatkan banyak untung dari kurangnya transparansi ini. Banyak bank memiliki pasar saham tempat banyaknya bisnis muncul dari merampok uang investor.

Semakin banyak bisnis yang terbentuk, semakin baik bagi bank. Dan tidak ada satu perusahaan atau bisnis pun yang mendapatkan lebih banyak daripada firma HFT.

Akhirnya, usaha Brad mulai menampakkan hasil. Krisis keuangan 2008 menyebabkan bank memahami kerugian dari keuntungan jangka pendek.

Selain itu, ada penambahan jumlah flash crash yang terjadi, seperti yang terjadi pada 6 Mei 2010 ketika pasar saham naik 600 poin, tapi langsung turun beberapa menit kemudian.

Ketidakstabilan tersebut jadi semakin sering terjadi. Hal itu membuat tidak sulit menghubungkan pelakunya pada manipulasi yang dilakukan oleh perusahaan HFT.

Ketika Brad dan timnya membuat pasar sahamnya sendiri dan membukanya secara resmi pada 25 Oktober 2013, pasar saham itu disebut Investor's Exchange atau IEX yang merupakan usaha yang sangat berisiko.

Untungnya Brad bertemu seorang rekan di Goldman Sachs. Usai krisis 2008, bank investasi raksasa akhirnya tertarik untuk membenahi sistem lamanya yang bobrok.

Hadi, pada 19 Desember 2013, semua orang di IEX bernapas lega saat pesananan besar di Goldman  Sachs masuk. Tentu saja hal ini langsung membuat usaha mereka menaiki tangga pasar saham Amerika dengan cepat.

Secepat itu pula usaha mereka mendapatkan izin. Mereka membuat perubahan atas nama transparansi dan memperbaiki sistem keuangan yang rusak.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments