Terkait Film Blonde dan Marilyn Monroe

By Nayanika Eleanor - Oktober 13, 2022

Ya. Tulisan ini adalah tentang film bertajuk "Blonde" yang bisa ditonton di Netflix. Mungkin tulisan ini terlalu lambat muncul karena sudah banyak orang yang membahasnya. Potongan-potongan klipnya juga sudah tersebar ke mana-mana. Jadi, di sini saya akan membahas dari sisi pribadi saya.

Saya ingin mengawali tulisan ini dengan menceritakan perkenalan saya dengan sosok utama dalam film tersebut, bagaimana saya mengenalnya, dan apa yang saya ketahui darinya.

film blonde

Marilyn Monroe Bagi Saya


Jika Anda lahir pada tahun 90-an, kemungkinan nama Marilyn Monroe masih samar-samar terdengar dari saudara atau keluarga. Tidak mungkin teman Anda akan membicarakan orang yang meninggal pada tahun 60-an itu.

Uniknya, perempuan menarik ini tidak lahir di Indonesia. Ia hanya ikut terkenal di negara agraris ini. Marilyn lahir dan besar di Amerika Serikat. Tentu masyarakat tidak begitu tahu sepak terjangnya di industri hiburan. Namun, seluruh masyarakat Indonesia pasti bisa berkata bahwa seluruh dunia mengenalnya, walaupun ia tidak pernah ke luar negeri.

Bagi saya sendiri, cukup aneh mengenal orang yang sudah meninggal sekitar 30 tahun sebelum saya lahir. Keterkenalannya di Indonesia pun cukup aneh. Pasalnya, pada waktu itu industri perfilman tidak sebesar sekarang. Waluapun saya sempat melihat fotonya berseliweran dengan presiden pertama Indonesia, saya tidak ingin tahu lebih banyak tentang itu. Pun, tidak ingin memeriksa apakah gambar itu asli.

Jika seorang perempuan Amerika yang berkecimpung di dunia hiburan bisa terkenal di Indonesia di masa industri perfilman masih tidak begitu marak di negeri ini, sebesar itukah pesonanya?

Saya sendiri pada kala itu tidak yakin dengan apa profesinya: aktris atau penyanyi? Apakah ia penyanyi yang memiliki kemampuan berakting? Ataukah aktris yang kebetulan mendapatkan peran menyanyi?

Sebagai anak yang lahir bertahun-tahun setelah sosok besar itu meninggal, tentunya hal itu lumrah. Setelah menonton "Blonde" pun saya masih belum yakin dengan profesi aktrisnya. Mungkin karena saya terlalu tenggelam dalam kehidupan pribadinya saat menonton film ini.

Sosok Dalam 'Blonde'

Menurut sumber, sosok dalam "Blonde" memang Marilyn Monroe, tetapi film tersebut bukan biografi. Pasalnya, film ini adalah adaptasi novel dengan judul serupa yang terinspirasi oleh tokoh senter itu.

Penulis Joyce Carol Oates mengatakan bahwa awalnya ia hendak menulis novelet. Namun, setelah tenggelam terlalu dalam pada karakter senter itu, ia memutuskan untuk melanjutkannya hingga kisahnya menjadi sebuah novel sepanjang 738 halaman.

Ada beberapa hal menarik yang patut disorot dari kisah novel fiksi biografi ini.

Untuk rekomendasi film lain yang bisa dinikmati di Netflix, Anda bisa membaca ulasan saya tentang Emily in Paris.

Hubungannya Dengan Penyakit Mental

Ketika pertama kali melihat sosok Marilyn dalam foto atau film, apa yang muncul dalam benak Anda? Perempuan sempurna idaman semua lelaki dan idola semua wanita? Jika tidak, jawabannya mungkin tidak jauh dari dua kemungkinan itu. 

Sosok cantik ini memiliki kepribadian dan tindak-tanduk yang luar biasa mendekati sempurna. Meskipun itu mungkin bukan kepribadian aslinya dan hanya ia tunjukkan di depan kamera, setidaknya itulah yang kita pikirkan sebagai penikmat karyanya. Namun, adakah sosok sesempurna itu? Kita pasti bertanya-tanya bagaimanakah kehidupan sosok itu sebenarnya di balik industri perfilman yang cenderung sibuk dan keras itu dan bagaimana ia mempertahankan kewarasannya adalah hal yang mungkin sempat tebersit di benak kita semua.

Di novelnya, yang bisa kita tonton melalui filmnya, sosok senter itu mengidap suatu penyakit. Penyakit itu ia peroleh dari ibunya. Tidak jelas di sini apakah penyakit itu diturunkan ke ibunya ataukah ibunya yang menciptakan penyakit yang terlihat "mental" itu dan yang akhirnya, terlihat, menurun ke sosok ini.

Di sini, saya ingin bertanya: apakah Anda memikirkan hal yang sama? Apakah Anda berpikir bahwa tidak mungkin ada sosok sesempurna itu dan bahwa, mungkin saja, aktris terkenal itu sebenarnya mengalami gangguan mental?

Kehadiran sosok seperti Marilyn adalah 1 dari semiliar kemungkinan. Buktinya, sampai sekarang pun kita tidak lagi melihat sosok yang memiliki kepribadian mirip dengannya muncul di layar kaca. Apakah Anda pernah melihat sosok serupa ada di lingkungan sekitar? Kemungkinan besar tidak.

Saya sendiri merasa sosoknya yang sempurna itu terlalu "too good to be true". Meskipun ia hanya menunjukkan sosok sempurna itu di depan kamera, pasti ada banyak "pengendalian" yang ia lakukan. Dan banyaknya pengendalian itu pasti menimbulkan ketidakstabilan dalam kepribadian maupun mentalnya.

Di sini, kita tidak mengetahui apakah kepribadian yang ia pilih untuk ditunjukkan di depan kamera adalah hasil dari ia yang sudah atau berpotensi mengalami gangguan sebelumnya ataukah kepribadian itulah yang membuat gangguannya semakin nampak.

Saya kesulitan untuk menjelaskan tentang kondisi mentalnya. Namun, saya berpikir bahwa orang dengan gangguan mental tidak selalu terlihat bengong atau berteriak. Kadang, mereka juga bisa terlihat normal sekaligus tidak biasa di waktu yang bersamaan.

Tentang Rambut Blonde

Di tahun itu, rambut blonde sudah menjadi gaya hidup wanita Amerika. Apalagi semenjak kehadiran Marilyn Monroe di depan layar, tidak jarang wanita yang menata rambutnya agar mirip sosok ternama itu. Riasan wajahnya pun tidak luput menjadi bahan tiruan tata rias banyak wanita di sana, terutama yang bergaya rambut pirang.

Entah dari mana asalnya rambut pirang ini, selain yang saya tahu dari kasus genetik albino. Namun, semenjak kemunculan aktris ini, kata itu tidak mungkin bisa dilepaskan darinya. Ketika berbicara soal sosok terkenal berambut pirang, aktris inilah yang muncul. Walaupun banyak aktris lain yang berambut pirang, ialah yang paling ikonik dari semuanya.

Saya rasa pemilihan judul yang singat ini sangat strategis dan mengena. Pasalnya, rambut pirang itu adalah ikon utama dari wanita berparas cantik yang masih belum ada tandingannya hingga sekarang.

Sisi Kelam Sebuah Kehidupan

Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di balik kehidupan sempurna seorang aktris. Banyak yang sudah membuktikan bahwa kehidupan para seniman di dunia hiburan tidak seindah kelihatannya. Namun, ketika melihat Marilyn Monroe, kita masih berusaha menyangkalnya.

Dalam cerita, sosok senter ini menerima kekerasan dari ibunya ketika kecil. Saat dewasa, ia mengalami pelecehan yang ia terima tanpa penolakan. Kehidupan seksual dan rumah tangganya dengan seorang mantan atlet pun tidak kalah kelamnya.

Mungkin berbagai peristiwa yang muncul di berita tentang Marilyn begitu menggelitik hati penulis hingga ia masuk ke dalam kesimpulan bahwa wanita itu pasti mengalami gangguan mental. 

Seseorang dengan masalah dalam kehidupan pribadinya memang masih bisa menghasilkan karya terbaiknya. Namun, seolah senyumnya adalah trademark, ia tidak pernah gagal mempertontonkannya di setiap gala premier film-filmnya. Terlepas dari senyum indahnya yang terlihat jujur, matanya tetap membisikkan hal lain.

Adaptasi Film

Film yang ikut diproduseri oleh Brad Pitt ini mendapatkan nilai 4 dari Rotten Tommatoes dan 5 dari IMDb. 

Saya bisa paham dengan penilaian orang-orang itu. Usaha pemasaran yang mengatakan sebagian orang hanya sanggup menonton 20 menit pertama saya rasa tidak berpengaruh signifikan. Saya sendiri menonton karena sosok yang dibawakan, bukan karena hal itu. Walaupun memang 20 menit pertama terasa berat.

Setelah tuntas menonton film ini, saya rasa nilai-nilai di atas dilatarbelakangi oleh ketidakjelasan karakter yang dibawakan dan ketidaksesuaiannya dengan harapan masyarakat. Ia hanya digambarkan sebagai sosok gila berprestasi.

Bagi saya, sosok ini sangatlah sempurna. Saya tidak siap menerima bahwa film ini membawakan dirinya sebagai sosok yang dihancurkan sejak kecil hingga kematiannya. Namun, saya tidak dapat membahas kemiripannya dengan novel karena tidak membacanya. Jadi, ada kemungkinan bahwa ketidaksiapan penonton menerima film biografi fiksi ini ikut andil dalam penilaiannya yang cukup buruk.

Kesan yang saya rasakan setelah menonton adalah film ini sarat akan gangguan mental. Hal itu diperoleh dari banyaknya cahaya-cahaya yang dibuat terlalu terang lalu menghilang, distorsi kenyataan dan khayalan, latar putih yang tiba-tiba menjadi cahaya putih terang, dan gambar-gambar blurry.

Meskipun aktris cantik itu susah dijauhkan dari pertanyaan terkait kondisi mentalnya, ia tetaplah seorang aktris. Dan seorang aktris layak untuk mendapatkan penghargaan atas karya-karyanya. Tentunya karya-karya tersebut perlu dilepaskan dari hal-hal lain.

Kisah mengenai karyanya juga diceritakan tidak jauh berbeda dari kehidupannya pribadinya. Bahwa film yang dibawakannya terinspirasi oleh kehidupan pribadinya. Hal itu seolah menyatakan bahwa kemampuannya berakting secara natural adalah karena ia mengalami sendiri kejadian itu, bukan karena keterampilannya. Meski sedikit diceritakan bahwa kadang Marilyn sangat memahami karakter yang ia bawakan padahal ia sama sekali tidak mengenal karakter itu sebelumnya. Namun, itu sangat kurang.

Di sini, saya kebingungan bagaimana tulisan ini harus ditutup.

Di satu sisi, saya percaya bahwa suatu karya adalah hak dari setiap penulisnya. Dari sini, saya yakin bahwa penulis mengambil porsi kesehatan mental terlalu banyak daripada karyanya. Saya tidak bisa beropini banyak tentang hal itu.

Meski begitu, bukankah sebuah biografi - fiksi sekali pun - perlu menceritakan sisi yang utuh dan bukan hanya berfokus pada kondisi mental? Bukankah wanita karismatik ini layak dihargai atas karyanya - jika memang ingin lanjut menyebut kisah ini sebagai biografi?

  • Share:

You Might Also Like

0 comments