Chris Bosh: 7 Cara Melampaui Batas Bagi Para Atlet Muda

By Nayanika Eleanor - Februari 04, 2022

Jarang sekali ada orang yang mau melampaui batas. Padahal ada cara melampaui batas yang sangat bisa dipelajari. Manfaatnya juga bisa dirasakan oleh siapa saja.

Di blinkist kali ini, kita akan mempelajari buku karya Chris Bosh berjudul "Letters to a Young Athlete". Walaupun judulnya mengatakan demikian, siapa saja bisa meraup manfaat darinya.

Chris Bosh adalah seorang mantan atlet NBA. Sepanjang karirnya, ia pernah mendapatkan medali emas di Olimpiade Beijing.

Namun, karir berbasketnya berakhir di tahun 2015. Seorang dokter menemukan penumpukan darah di kakinya. Jika ia bersikeras melanjutkan karirnya, ada kemungkinan penumpukan itu bisa pecah dan menjalar ke jantung, paru-paru, atau otak. Ia juga bisa meninggal.

Terpaksa pensiun dini, Chris berintrospeksi pada perjalanan karirnya. Kira-kira apa yang bisa ia katakan pada para atlet muda, anak yang bermain basket di jalanan? Apa yang bisa dikatakannya pada mereka yang memiliki mimpi besar?

Cara melampaui batas adalah dengan melatihnya

LeBron James melakukan lemparan three-point di detik akhir game six Final NBA 2013 melawan Spurs. Bolanya mental dari pinggir keranjang.

Chris sebagai pemain tengah Heat dikelilingi oleh pemain Spurs. Dia melompat dan mencuri bola itu, dan dalam hitungan detik, ia mengopernya ke Ray Allen.

Ray, dengan cepat, mundur di belakang garis three-point. Dengan lima pemain Spurs yang berusaha memblokadenya, Ray melambungkan bola dan berhasil mencetak skor.

Operan dari Chris ke Ray, permainan itu tampak tidak begitu sulit, walaupun ada tekanan dari 20.000 fan yang terus berteriak, jutaan penonton, dan kelelahan akibat bermain 80 game di musim itu.

Josh secara otomatis mengoperkan bola secara langsung. Pasalnya, selama beberapa dekade ia telah melatih dirinya melampaui batas kelelahan fisik dan mentalnya.

Bertahun-tahun latihan men-drible bola di sepanjang lapangan telah melatih paru-parunya yang terbakar dan otot-ototnya yang berteriak untuk menghirup oksigen dan menemukan dorongan itu.

Ia telah belajar, seperti yang dikatakan pelari ultramaraton dan mantan Angkatan Laut, bahwa ketika kita sedang kelelahan, kita sebenarnya masih memiliki 40 persen cadangan kekuatan.

Chris belajar bahwa ia harus melatih melampaui batas kelelahan. Pasalnya, ia harus tampil dengan melampaui batas kelelahan.

Pelajaran hidup di sini adalah kita harus selalu mendorong diri lebih daripada yang kita pikir bisa dilakukan. Hal ini bukan berarti kita harus menekan suara kecil di otak yang mengatakan kita tidak bisa lanjut.

Malah, menyadari kelelahan itu sendirilah yang perlu kita akui. Dengan melakukannya, kita bisa perlahan membangun kekuatan mental dan fisik yang dibutuhkan untuk melebihi batas dan tumbuh untuk menerima kelelahan.

Jangan salah. Berlatih dengan cara itu sangatlah sukar. Namun dengan memaksa diri kita mencapai batas, kita bisa tahu yang disebut oleh komedian Jerry Seinfield sebagai "anugerah dalam hidup adalah siksaan yang paling kita nikmati."

Namun, membangun ketahanan menghadapi kelelahan hanyalah satu sisi koin. Untuk mempertahankannya di sepanjang karir, kita perlu motivasi yang akan dibahas di topik berikutnya.

Menggabungkannya dengan tujuan yang lebih tinggi

Beberapa tahun sebelum karir profesionalnya, Chris bermain di tim basket sekolah di Dallas tenggara, Texas. Chris selalu pergi ke gym, berlatih drible dengan pelatihnya, Thomas Hill.

Suatu hari, pelatihnya menghentikan Chris di tengah latihannya dan menatap matanya. Dia bertanya apa yang Chris inginkan dengan ini.

Ini? Chris berpikir keras. Apa maksudnya dengan, ini? Apakah itu berhubungan dengan cara melampaui batas?

Awalnya, Chris tidak tahu apa yang harus dikatakan pada pelatihnya. Ia tergagap dan menggumamkan sesuatu tentang men-drible, memenagkan kejuaraan nasional.

Thomas memaksanya untuk berpikir lebih dalam untuk menemukan alasan kenapa ia memilih bermain basket.

Dengan perintah itu, Chris paham bahwa walaupun ia suka bermain basket, olahraga bukanlah motivasinya.

Motivasinya adalah ia ingin menjadi sosok yang terbaik. Motivasinya adalah untuk menghargai pemberian yang diberikan hidup padanya.

Kenapa kita mengejar apa yang kita kejar? Kenapa itu penting? Siapa pun kita, kita harus menemukan motif hingga mencapai tujuan yang bisa tetap memotivasi dikala kalah dan membantu kita berhasil.

Kita tidak harus langsung menemukannya. Motivasi kita juga bisa berubah seiring waktu. Tapi, kita bisa menyingkirkan motivasi seperti uang. Uang hanyalah motivasi sementara. Sering kali ia tidak membantu.

Sean Payton, pelatih New Orleans Saints menyewa pengawal bersenjata untuk masuk ke ruang ganti setelah tim selesai bertanding dengan beberapa cek sebesar USD 120.000.

Jumlah itu dijanjikan sebagai bonus yang akan diberikan pada setiap anggota tim jika mereka memenangkan kejuaraan itu. Sean mencoba untuk menanamkan sedikit motivasi untuk empat permainan berikutnya. The Saints kalah.

Di sini bukan berarti obsesi pada uang membuat tim itu kalah. Namun, ini untuk membandingkan motivasi yang dimiliki tim tersebut beberapa tahun sebelumnya.

Pada 2006, di malam New Orleans Superdome dibuka lagi setelah Badai Katrina, pelatih Sean mengumpulkan timnya untuk melihat sebuah video.

Di video itu, klip berpindah dari alasan mereka maju hingga saat itu dan gambar-gambar kota yang hancur oleh badai. Tim Saints lalu mengambil sesuatu di bawah banner yang bertuliskan, "Rumah kita. Tim kita. Jadilah seorang saint."

Mereka bermain untuk memulihkan kota mereka. Malam itu, Saints memenangkan tiga musim di mana mereka bermain dengan kehausan, semangat, dan tujuan yang legendaris saat ini.

Ego adalah musuh

Chris berusia 19 tahun pada 2003 ketika ia dipanggil oleh Toronto Raptors. Chris - cerdas, cepat, dan tingginya hampir dua meter - selalu menjadi bintang.

Namun sekarang, di NBA, Chris menghadapi tim penuh bintang yang ketenarannya sangat membuat cahayanya redup.

Awalnya, ia kewalahan merebut bola, dan ketika dia mendapatkannya, tembakannya selalu meleset. Lawannya berlari ke arahnya. Chris putus asa dan membiarkan pertahanannya hancur.

Suatu malam sebelum bermain di San Antonio, pelatih Sam Harris memutuskan untuk menaruhnya di kursi cadangan. Dia tidak bermain malam itu.

Setelah dicadangkan, pelatih Sam membantu Chris menemukan alasan sebenarnya ia gagal. Itu bukanlah kurangnya pengalaman. Alasan sebenarnya adalah ego.

Ego adalah dorongan alami tapi merusak untuk menonjolkan diri daripada orang lain dan berpaling dari segala hal yang membahayakan peran bintang dan heroik dalam sebuah drama.

Ego Chris tidak memberi tahunya untuk menjadi satu dengan tangannya memegang bola. Ego memberi tahunya untuk menjadi satu-satunya yang mencetak skor.

Untuk menghentikan jatuh bebasnya, Chris harus melupakan egonya. Ia harus menjadi apa pun yang dibutuhkan timnya. Itu adalah lain cara melampaui batas baginya.

Jadi, Chris mengubah alur dan mulai memberikan 100 persen energinya bagi kebutuhan tim. Dia bermain sangat bertahan di Toronto, dan segera bola mengarah padanya dan tembakannya masuk.

Dengan bermain tanpa ego, ia membuat dirinya bagian penting. Dan dengan menekan ego dan lebih fokus pada timnya, Chris mulai bermain di level berbeda.

Selama 13 tahun karir NBA-nya, Chris mencetak skor dua digit dalam mencetak gol, membantu, dan lemparan. Ia menjadi bintang.

Pada 2016, tiga tahun setelah penumpukan darah mengakhiri karirnya, Chris berjalan sekali lagi di lapangan di American Airlines Arena Miami.

Begitu masuk, 20.000 penonton langsung bertepuk tangan. Malam itu, tim Heat melakukan upacara pensiunnya.

Presiden tim Pat Riley memberikan pidato pengingat karir gemilang Chris. Umumnya, Pat membicarakan tentang bantuan terbesar di sejarah Heat - operan Chris ke Ray di detik akhir permainan game six di 2013.

Bagi Chris, kemenangan ketika jersey-nya diangkat bukan satu-satunya yang akan ia ingat. Tetapi yang ia ingat adalah ia sebagai pemain yang berjuang untuk timnya.


Beri contoh dan budayakan komunikasi

Ketika Chris mendarat di Miami pada 2010, ia bermain bersama Dwayne Wade dan LeBron James, dua pemain terbaik basket.

Pers memanggil mereka "Tiga Besar". Lalu, pada 2012, Ray masuk ke tim, sebuah kejadian yang mendorong tim menuju tombak sejarah NBA.

Tapi di ruang ganti, atau di kerumunan, ada pemain lain yang selalu dicari tim untuk dimintai nasihat. Namanya Juwan Howard.

Juwan hampir berusia 40 ketika Tiga Besar muncul. Dan hampir di seluruh musim puncak itu, Juwan hanya bermain beberapa menit tiap permainan.

Ia sering berada di sisi lapangan, memakai jas. Tapi setiap pagi, Juwan adalah orang pertama yang sampai di ruang angkat berat atau treadmill. Sebelum dan setelah latihan Juwan menambah waktu untuk melakukan tembakan dan drible.

Chris bukanlah bintang. Ia adalah pemimpin. Memiliki pemimpin juga merupakan salah satu cara melampaui batas diri.

Pemain seperti Chris membuat dampak besar pada timnya. Mereka mengambil semangat itu, membaca momentum, dan melakkan apa pun yang diperlukan.

Gampangnya, kontribusi semacam ini membutuhkan komunikasi efektif, yang, seperti keterampilan lainnya, membutuhkan pengetahuan dan latihan.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menjadi pemimpin sebenarnya. Pertama, kita perlu mempelajari kata slang di dunia olahraga.

Sebagai pemain sepak bola, kita perlu belajar maksud dari dummy run. Atau jika kita adalah pemain polo, kita perlu belajar arti eggbeater atau dry pass.

Kedua, kita perlu memahami audien. Jika salah satu anggota tim kurang merespon teriakan tapi yang lainnya butuh, kita harus tahu apa yang paling cocok diberikan pada tiap individu.

Itu berarti kita perlu membangun hubungan, berbagi makanan, dan saling menghabiskan waktu bersama di luar lapangan atau kolam renang.

Tapi mungkin yang paling penting, kita haurs ingat bahwa komunikasi bukanlah bermonolog atau berceramah. Kita harus mendengar, memediasi konflik jika dibutuhkan, dan menerima kritik jujur.

Tim tanpa komunikasi dan kepemimpinan akan hancur. Tak peduli seberapa bertalentanya pemain individu bermain. Sebaliknya, tim dengan komunikasi dan kepemimpinan yang baik dapat berkembang dalam kesulitan.

Mereka bertindak sebagai organisme tunggal dan selalu menemui momentum. Dari pemain terkuat hingga terlemah, mereka siap untuk melakukan apa pun yang dibutuhkan tim. 

Mereka saling percaya, bergantung pada yang lain, dan secara keseluruhan, mereka lebih sering menang. Dan ketika kalah, mereka menghadapi kekalahan dengan jujur dan keberanian.

Tidak tinggi karena menang atau rendah karena kalah

Di musim pertama Tiga Besar, Heat mendominasi liga. Chris mengingat betapa tinggi perasaannya saat itu.

Ia berada di salah satu tim terkuat yang pernah ada dan merasa bahwa kejuaraan itu terasa sebaik kemenangannya.

Seneca, seorang filsuf Roma, pasti akan menasihati Chris untuk bersikap biasa saja. Dan menghindari apa yang disebutnya sebagai "perpindahan kesenangan."

Seperti yang dikatakan intelektual terkenal, "kesenangan menyebabkan kegembiaraan yang meluap dan itu bisa mengarah pada kebanggaan dan kepercayaan diri yang berlebihan."

Dengan kata lain, ketika merasa terlalu tinggi karena menang, itu menyebabkan puas diri dan buta pada kesalahan. Sementara lawan melihat kesalahan itu dan menggandakan usaha mereka untuk mengalahkan kita.

Di final NBA 2011, inilah yang terjadi. Dallas Mavericks mengungguli Heat dan memenangkan kejuaraan.

Ketika Mavericks mengalahkan Heat di FInal NBA, Chris menangis di televisi nasional. Ia ingin menghilang.

Tapi, seharusnya apa yang dilakukan sebagai cara melampaui batas?

Sebagai contoh yang baik, kita bisa melihat sosok Karl Malone. Pada 1997, Karl memimpin Utah Jazz melawan Chicago Bulls di Final NBA.

Karl adalah pemain kuat legendaris, tetapi belum pernah memenangkan kejuaraan. Tapi seperti pemain elit lainnya, dia sangat ingin menang.

Di game six, terakhir dari seri tersebut, ia melakukan segala cara untuk mengalahkan Michael Jordan, Scottie Pippin, dan Dennis Rodman dan mendapatkan skor 31 poin.

Tapi itu tidak cukup. Tim Jazz kalah. Karl tidak akan pernah lagi bisa sampai ke kejuaraan.

Malam setelah permainan, Karl berlari ke bus tim Bulls. Ia naik dan menyalamai tangan setiap pemain tim yang telah mengalahkannya. Ia memeluk Michael, memberinya selamat, dan meninggalkan bus dengan senyuman.

Dengan menghadapi kekalahan dengan keberanian dan kejujuran, Karl tidak hanya menunjukkan kedewasaan dan kerendahhatian. Ia membantu melindungi kehormatan diri dan kedamaian batinnya.

Chris belajar pelajaran penting dari Karl. Kalah bisa terasa sakit, tapi ketika bermain untuk tujuan yang melebihi ketenaran atau uang, kekalahan bukanlah luka bagi jiwa.

Malah, itu adalah kesempatan untuk menjadi lebih kuat secara fisik dan mental, membantu menempa tim yang lebih kuat, dan menjadi orang yang lebih baik.

Cara melampaui batas dengan menghargai kesehatan, masa depan, dan kedamaian batin

LeBron melakukan streching ketika bangun dan sebelum tidur. Dia melakukannya sebelum dan setelah berolah raga, latihan, dan permainan.

Rutinitas ini menghabiskan waktu setengah jam. Dan ia terkenal melakukannya di waktu yang random. Bahkan di tengah bermain kartu.

LeBron juga mempekerjakan koki pribadi untuk diet ketatnya, ahli pijat untuk pemulihannya, dan pelatih pribadi untuk mengondisikannya. Semuanya, LeBron berinvestasi sekitar USD 1,5 juta per tahun untuk perawatan diri tersebut.

Ia juga di tahun kedelapan belas karir basket profesionalnya. Dan ia juga sering disebut sebagai pemain basket terbaik sepanjang masa.

Hari-hari Babe Ruth sirna. Kita tidak bisa mengisap rokok, menenggak alkohol, dan mengunyah hot dog dan berharap untuk bertanding di level elit.

Merawat diri juga berlaku untuk kondisi mental. LeBron, contohnya, melakukan meditasi untuk memperkuat fokus, ingatan, dan kedamaian batinnya.

Banyak atlet lain melakukan terapi untuk mengelola beragam jenis stres yang membersamai olahraga profesional.

Pelatih dan teman setim kita peduli terhadap kita. Tapi akhirnya, tidak ada yang bisa meluangkan waktu untuk meerawat kesehatan diri selain kita sendiri.

Walau bagaimanapun, tubuh adalah investasi utama bagi setiap atlet. Jadi, selama berlatih, pastikan untuk mempelajari perbedaan antara lelah, kondisi yang kita masih bisa dan harus dipaksa, dan cedera.

Kita juga harus membedakan antara kritik membangun dari sumber tepercaya, seperti pelatih dan teman setim, dan kritik negatif yang harus dilupakan. Ini bisa termasuk chat media sosial, drama, atau omongan sampah dari lawan.

Contohlah Kawhi Leonard. Pada 2017, ketika bermain untuk San Antonio Spurs, dia menderita cedera kaki parah. Kawhi direhabilitasi, tapi tekanan mulai muncul dari fan dan franchise yang meminta ia segera kembali ke lapangan.

Kawhi menolak karena ia belum sepenuhnya pulih. Dan penolakan itu membuatnya kehilangan pekerjaan. Spurs melemparnya ke Raptors.

Di musim berikutnya, ketika Kawhi yakin bahwa ia telah benar-benar pulih, ia memimpin Raptors ke kejuaraan - dan memenangkan final.

Capai potensi dengan mengerjakan apa pun

Banyak orang datang untuk melihat Stephen Curry bermain dengan Golden State Warriors. Mereka yang tahu datang lebih awal dan melihat rutinitas prapermainan Stephen. Itu terdiri dari 20 menit drible di berbagai posisi.

Stephen melakukan serangkaian drible setiap setelah berlatih dan melakukan 300 lemparan sebelum selesai.

Stephen adalah penembak terbaik dalam sejarah NBA dan telah bertahun-tahun menyandang gelaritu. Bahkan, jika ia mencetak skor lebih rendah, tidak ada yang merendahkannya. Ia legendaris.

Namun, Stephen yang dapat melakukan ratusan dan ratusan tembakan adalah hal yang diperlukan untuk bermain dengan potensi terbaiknya. Dan itu adalah cara melampaui batas dirinya.

Aspek terpenting dari rutinitas Stephen adalah kegiatannya yang tidak random. Lemparan dan pergerakannya diperhitungkan di setiap momentumnya.

Di sepanjang drible-nya, Stephen terus membayangkan dan berfokus pada kelemahannya. Ya, bahkan Stephen memiliki kelemahan, yang menjadi alasan kenapa ia terus berusaha mengatasinya.

Namun, rutinitas Stephen memiliki tujuan lain: ia masuk ke dalam zona. Zona itu muncul ketika kita sangat sadar dan berada di puncak permainan.

Bagi sebagian besar dari kita, zona itu bisa cepat berlalu atau bahkan kebetulan. Tapi atlet elit seperti Stephen tahu bahwa melakukannya secara teratur berarti membangun fokus dan melatih tubuh dengan ribuan jam latihan.

Pastinya, jika kita melakukan hal yang dilakukan Stephen, tidak ada jaminan kita bisa menjadi bintang besar seperti dirinya. Bagaimanapun, tidak ada jaminan dalam hidup. Tidak ada rumus untuk menjadi pemain atau juara NBA.

Tapi jika kita berusaha, apa pun itu, kita tidak hanya bisa menjadi lebih cepat, kuat, dan cerdas, tetapi juga bisa memahami bahwa kita menuju ke sesuatu yang spesial.

Dengan memaksa diri, menurunkan ego, berkomitmen untuk tim, membangun kekuatan mental, dan merawat diri, kita menyadari sebagaimana Chris sadari bahwa kita semakin dekat dengan memenuhi potensi sebagai manusia.

Itulah nasihat tentang cara melampaui batas dari Chris Bosh yang bisa diaplikasikan untuk berbagai aspek kehidupan.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments